Menopause Bikin Mood Berantakan? Coba Atasi dengan Akupunktur

Menopause Bikin Mood Berantakan? Coba Atasi dengan Akupunktur
Terapi tusuk jarum atau akupunktur memang terbukti bisa mengurangi rasa nyeri, sakit kepala, depresi, bahkan untuk meningkatkan kesuburan wanita atau pria. Tak berhenti sampai di situ, secara khusus akupuntur pun bisa bermanfaat lho bagi para wanita.

Sebab, ada beberapa manfaat kesehatan yang bisa didapat dari terapi akupunktur khususnya untuk wanita yang sudah menopause, seperti dikutip dari Health Me Up, Jumat (21/2/2014) berikut ini:

1. Membantu menyeimbangkan mood
Teori akupuntur menunjukkan bahwa gangguan dalam keseimbangan energi Yin dan Yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan sistem hormonal yang berpengaruh pada perubahan mood. Maka dari itu, akupunktur dipercaya dapat membantu memperkuat dan menyeimbangkan energi sehingga ketidakseimbangan mood bisa diatasi.

2. Mengurangi keringat di malam hari
Keluar keringat berlebih di malam hari atau hot flashes menurut seorang ilmuwan di Turki bisa diturunkan kejadiannya dengan akupuntur. Ilmuwan tersebut mengadakan penelitian yang menunjukkan 35 persen hot flashes bisa dikurangi lewat terapi akupunktur.

3. Mengatasi rasa lelah
Perubahan hormonal dalam tubuh wanita yang sudah menopause kebanyakan membuat wanita sering kelelahan tanpa sebab. Untuk mengatasi kondisi ini, akupunktur bisa diandalkan dengan meningkatkan tingkat energi dalam tubuh.

4. Meredakan rasa sakit dan nyeri
Wanita yang melakukan akupunktur juga melaporkan terapi tersebut bisa meredakan nyeri ototnya. Sebab, terapi ini dikenal bisa mengurangi tekanan dan meningkatkan sirkulasi darah yang secara alami melepaskan hormon endorfin sebagai obat alami rasa sakit tersebut.

5. Meringankan depresi
Seiring dengan menyeimbangkan hormon dan meredakan rasa nyeri, akupunktur juga bisa menurunkan tingkat depresi yang dialami wanita menopause.

Sumber : detikhealth

Separuh Wajah Rano Karno Tampak Kaku akibat Terserang Bell's Palsy

Terserang Bells Palsy, Separuh Wajah Rano Karno Tampak Kaku
Serang, Banten, Aktor senior yang bakal ditetapkan sebagai gubernur definitif Banten, Rano Karno, terserang bell's palsy. Akibatnya, separuh wajah pemeran Doel dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan itu kaku separuh.

Kondisi itu dialami Rano dalam tiga pekan terakhir. "Saya harus rutin terapi. Kata dokter insya Allah bisa sembuh dalam waktu 6 bulan asal terapinya disiplin," ungkap Rano, Kamis (26/2/2015).

Akibat bell's palsy yang dialami, penglihatan sebelah kiri Rano pun terganggu. "Ini kan jadi nggak bisa dipejamkan. Ya jadi agak kabur," tukasnya.

Kakunya separuh wajah Rano mengakibatkan mulutnya terlihat miring. Kondisi ini sepertinya cukup menyulitkan untuk berbicara. Sebenarnya dokter menyarankan Rano untuk beristirahat, namun karena tuntutan pekerjaan, saran itu tidak bisa dijalaninya.

dr Fitri Octaviana Sumantri, SpS(K), M.Pd.Ked dari RS Cipto Mangunkusumo, beberapa waktu lalu mengatakan bell's palsy bisa terjadi karena udara dingin dan paling sering disebabkan karena herpes zoster. Kaku pada satu sisi wajah terjadi karena selubung sarafnya membengkak. Biasanya dalam waktu 2-3 minggu setelah diobati pasien sudah pulih.

Semakin cepat diobati, maka waktu pemulihan pasien pun lebih cepat. Untuk pengobatan bell's palsy, biasanya pasien akan diberi obat oral berupa kortikosteroid yang dibarengi dengan fisioterapi atau akupuntur untuk mengembalikan lagi fungsi otot-otot di salah satu sisi wajah yang kaku.

"Bell's palsy bisa juga karena dingin akibat tidur dengan AC yang terlalu nyentrong (menyorot) di satu sisi aja. Atau tidur di lantai dengan satu sisi wajah menempel di lantai, kan dingin itu. Yang pasti bell's palsy ini berbeda dengan gejala stroke," tutur dr Fitri.

Sumber : detikhealth

RSUP Dr Sardjito Juga Unggulkan Klinik Herbal dan Klinik Akupuntur

Jadi Rujukan Nasional, RSUP Dr Sardjito Juga Unggulkan Klinik Herbal
Yogyakarta, Di Indonesia, praktik pengobatan modern dan tradisional memang belum berjalan beriringan. Akan tetapi setidaknya di sejumlah rumah sakit telah dibangun poliklinik herbal maupun akupunktur.

Salah satunya RSUP Dr Sardjito. Klinik herbal di rumah sakit ini sudah ada sejak 2010, dan dikelola oleh tim yang dipimpin Prof Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR, pakar reumatologi dan herbal dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada-RSUP Dr Sardjito.

Akan tetapi kendati telah berdiri sejak lima tahun lalu, pasien yang ditangani klinik ini hanya sekitar 20-30 orang dengan berbagai penyakit.

Eni Hidayati, perawat di klinik herbal di RSUP Dr Sardjito menerangkan, "Karena tidak semua penyakit dapat diobati dengan herbal. Beberapa di antaranya masih ada yang harus dikonsumsi bersamaan dengan obat konvensional."

Itulah mengapa sejauh ini masalah kesehatan yang paling banyak ditangani klinik herbal RSUP Dr Sardjito adalah batu empedu dan gangguan rematik. Kalaupun untuk pengobatan penyakit kronis seperti kanker, pengobatan herbal yang dilakukan baru sebatas meningkatkan kualitas hidup pasiennya.

Kendati begitu, animo masyarakat terhadap klinik herbal cukup tinggi. Terbukti dengan umur pasien yang bervariasi. "Nggak selalu orang tua kok mbak, ada yang remaja dan anak-anak juga ada," paparnya saat ditemui detikHealth, Rabu (20/5/2015).

Hanya saja ia menyadari bahwa di Indonesia pengobatan herbal masih tergolong sebagai pengobatan komplementer. Berbeda dengan sejumlah negara seperti Tiongkok dan India yang sudah lebih dulu menyetarakan pengobatan konvensional dan herbal.

"Di luar negeri kan regulasinya dobel, kalau nggak bisa konvensional ya herbal. Tapi di kita (pengobatan) herbalnya masih numpang di konvensional, belum bisa mandiri," ungkap Eni.

Untuk penyediaan obat, klinik herbal RSUP Dr Sardjito mempunyai tim yang dipimpin langsung oleh Prof Nyoman, selain bekerjasama dengan Farmasi UGM. Meski begitu, ia mengakui sebagian di antaranya masih menggunakan produk dari luar.

"Penelitian (tentang obat herbal) kan masih terbatas, dan butuh proses yang panjang," imbuhnya.

Namun tak melulu keberhasilan yang didapat. Seperti dikisahkan Eni, ada seorang pasien hipertensi dengan tekanan darah yang sangat tinggi, mencapai 200 berniat untuk berobat dengan herbal. "Setelah pake pengobatan konvensional, dia pengen pindah ke herbal tapi kan gak bisa langsung. Jadi awalnya kita coba konvensionalnya kita kurangin, herbalnya ditambah. Lama-lama herbalnya yang diperbanyak, tapi ternyata tetap tidak menurunkan tensinya," terangnya.

Pada akhirnya pasien yang bersangkutan disarankan untuk kembali ke pengobatan konvensional namun juga beriringan dengan pengobatan herbal. "Memang herbal tidak selalu bisa menyembuhkan, makanya kita sendiri juga benar-benar men-screening dulu pasien mana yang bisa pake herbal dan mana yang tidak," pungkasnya.

Klinik ini terletak di lantai 4 Gedung Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr Sardjito, bersebelahan dengan klinik akupuntur dan klinik diabetes. Praktik dibuka sejak pukul 08.00-15.00 WIB.



Sumber : detikhealth

10 Tahun Migrain Hebat, Sembuh Hanya dengan Tindik Telinga

10 Tahun Migrain Hebat, Sheri Sembuh Hanya dengan Tindik Telinga

Terhitung sudah 10 tahun lebih Sheri Utecht mengidap migrain. Bisa dibilang migrain yang diidap Sheri cukup berat. Bagaimana tidak, tiap kali migrainnya kambuh, Sheri hanya bisa berdiam diri di rumah selama berhari-hari.

Migrain yang dialami Sheri juga seringkali diikuti dengan gejala lain, yakni muntah-muntah. Hal ini tentu mengganggu pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya.

Tapi bukan berarti Sheri tak berbuat apa-apa untuk menyembuhkan deritanya. Namun tak peduli berapa kalipun ia mencoba, Sheri tak juga kunjung sembuh. Hingga suatu ketika wanita berumur 44 tahun itu iseng mencoba 'daith piercing'.

Berbeda dengan tindik telinga pada umumnya, pada 'daith piercing', logam yang dipakai untuk menindik dimasukkan hingga menembus tulang rawan paling dalam dari telinga, yang letaknya berdekatan dengan saluran telinga.

Hal mengejutkan terjadi beberapa saat setelah tindik telinganya dipasang. Sheri mengaku sejak saat itu, migrainnya tak pernah kambuh, termasuk mual yang selama ini menemani migrainnya. Sakit kepala yang dirasakannya jadi lebih ringan dan lebih mudah dikelola.

Karena iseng, Sheri tak pernah mengira jika tindik di telinganya akan meredakan penderitaannya selama ini. "Waktu itu saya hanya ingin ditindik untuk menambah yang sudah ada. Ternyata tindikan ini mengubah hidup saya. Pada awalnya saya juga tidak percaya," tutur Sheri seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (1/9/2015).

Wanita yang tinggal di Woodland, Washington tersebut lantas menemukan fakta bahwa tindik telinga yang dilakukannya telah lama diakui khasiatnya untuk meredakan migrain. Namun bedanya Sheri tak pernah tahu tentang hal itu.

"Sekarang saya tak perlu lagi merasakan sakit atau minum obat. Hanya dengan tindik kecil saya terbebas dari semuanya. Ini sungguh luar biasa," ucap Sheri.

Dalam situsnya, The Migraine Relief Center, Texas juga mengakui adanya keterkaitan antara tindik telinga dengan penurunan gejala migrain. Namun efeknya belum pernah dibuktikan oleh penelitian resmi sehingga sulit untuk menentukan apakah klaim yang diajukan pasien seperti Sheri benar atau hanya kebetulan saja.

Diduga manfaat tindik telinga yang dirasakan Sheri sebenarnya tak jauh berbeda dengan konsep akupuntur. Pengobatan alternatif yang ditemukan di Tiongkok ini menggunakan jarum khusus untuk memberikan tekanan pada titik-titik tertentu yang ada di permukaan tubuh.

Setelah diberi penekanan, diyakini jarum tersebut melebarkan pembuluh darah di bawahnya, sehingga aliran darah ke jaringan tubuh yang terkena gangguan menjadi lancar dan meredakan gangguan kesehatan yang diderita pasien sebelumnya.

Sebuah penelitian berskala besar yang pernah dilakukan di Inggris, Jerman dan AS pada tahun 2012 mengakui bahwa akupuntur dua kali lebih efektif meredakan sakit kepala kronis serta beberapa gangguan ksehatan lain ketimbang obat yang direkomendasikan dokter kebanyakan.

Sumber : detikhealth