RSUP Dr Sardjito Juga Unggulkan Klinik Herbal dan Klinik Akupuntur

Jadi Rujukan Nasional, RSUP Dr Sardjito Juga Unggulkan Klinik Herbal
Yogyakarta, Di Indonesia, praktik pengobatan modern dan tradisional memang belum berjalan beriringan. Akan tetapi setidaknya di sejumlah rumah sakit telah dibangun poliklinik herbal maupun akupunktur.

Salah satunya RSUP Dr Sardjito. Klinik herbal di rumah sakit ini sudah ada sejak 2010, dan dikelola oleh tim yang dipimpin Prof Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR, pakar reumatologi dan herbal dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada-RSUP Dr Sardjito.

Akan tetapi kendati telah berdiri sejak lima tahun lalu, pasien yang ditangani klinik ini hanya sekitar 20-30 orang dengan berbagai penyakit.

Eni Hidayati, perawat di klinik herbal di RSUP Dr Sardjito menerangkan, "Karena tidak semua penyakit dapat diobati dengan herbal. Beberapa di antaranya masih ada yang harus dikonsumsi bersamaan dengan obat konvensional."

Itulah mengapa sejauh ini masalah kesehatan yang paling banyak ditangani klinik herbal RSUP Dr Sardjito adalah batu empedu dan gangguan rematik. Kalaupun untuk pengobatan penyakit kronis seperti kanker, pengobatan herbal yang dilakukan baru sebatas meningkatkan kualitas hidup pasiennya.

Kendati begitu, animo masyarakat terhadap klinik herbal cukup tinggi. Terbukti dengan umur pasien yang bervariasi. "Nggak selalu orang tua kok mbak, ada yang remaja dan anak-anak juga ada," paparnya saat ditemui detikHealth, Rabu (20/5/2015).

Hanya saja ia menyadari bahwa di Indonesia pengobatan herbal masih tergolong sebagai pengobatan komplementer. Berbeda dengan sejumlah negara seperti Tiongkok dan India yang sudah lebih dulu menyetarakan pengobatan konvensional dan herbal.

"Di luar negeri kan regulasinya dobel, kalau nggak bisa konvensional ya herbal. Tapi di kita (pengobatan) herbalnya masih numpang di konvensional, belum bisa mandiri," ungkap Eni.

Untuk penyediaan obat, klinik herbal RSUP Dr Sardjito mempunyai tim yang dipimpin langsung oleh Prof Nyoman, selain bekerjasama dengan Farmasi UGM. Meski begitu, ia mengakui sebagian di antaranya masih menggunakan produk dari luar.

"Penelitian (tentang obat herbal) kan masih terbatas, dan butuh proses yang panjang," imbuhnya.

Namun tak melulu keberhasilan yang didapat. Seperti dikisahkan Eni, ada seorang pasien hipertensi dengan tekanan darah yang sangat tinggi, mencapai 200 berniat untuk berobat dengan herbal. "Setelah pake pengobatan konvensional, dia pengen pindah ke herbal tapi kan gak bisa langsung. Jadi awalnya kita coba konvensionalnya kita kurangin, herbalnya ditambah. Lama-lama herbalnya yang diperbanyak, tapi ternyata tetap tidak menurunkan tensinya," terangnya.

Pada akhirnya pasien yang bersangkutan disarankan untuk kembali ke pengobatan konvensional namun juga beriringan dengan pengobatan herbal. "Memang herbal tidak selalu bisa menyembuhkan, makanya kita sendiri juga benar-benar men-screening dulu pasien mana yang bisa pake herbal dan mana yang tidak," pungkasnya.

Klinik ini terletak di lantai 4 Gedung Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr Sardjito, bersebelahan dengan klinik akupuntur dan klinik diabetes. Praktik dibuka sejak pukul 08.00-15.00 WIB.



Sumber : detikhealth

No comments:

Post a Comment